Kunjungi Facebook saya

Profil Facebook Agung K. Saputra

21 Agustus, 2008

Beberapa Kegunaan Hipnosis

Hipnoterapi membantu dalam hal…

¡ Stress, depresi, kepanikan (anxiety) apapun latar belakangnya dan dengan segala akibatnya, misalnya drug abused, percobaan bunuh diri, alkohol abused.

¡ Phobia ( = ketakutan yang berlebihan dan tidak wajar terhadap suatu benda / kondisi tertentu )

¡ for Quit Smoking.

¡ Obsessive compulsive disorder.

¡ Sexual dysfunction à frigid, ejakulasi dini, impotensi, trauma pelecehan seksual, disorientasi seksual.

¡ Mengkontrol berat badan dan vitalitas tubuh.

¡ Better studies à meningkatkan performa belajar, motivasi diri, prepare examinations, agar betah belajar dan “cepat masuk”.

¡ Rileksasi dalam segala kondisi à mempelajari cara tidur dengan efektif, tidur 15 menit bagaikan tidur 2 jam.

¡ Sport therapy, akselerasi prestasi olahraga.

¡ Jerawat, gangguan menstruasi, menopouse dan masalah hormonal lain yang dominan bersumber dari sisi psikologis.

¡ Memprogram / membuat Goal Setting dan Goal Praying untuk kehidupan kita.

¡ Dan penyakit lain yang sumbernya dari sisi psikologis ( latah, gagap, sering mimpi buruk / “ngelindur”).

¡ Penyakit hormonal dan medis lainnya, dalam hal sebagai pelengkap dan mempercepat pengobatan medis.

APA ITU HIPNOSIS ???

Setiap Orang Pernah Mengalami Keadaan Hipnosis. Betulkah?

Apakah Anda pernah:

Membaca buku hingga menjadi bagian dari buku tsb?

Terkejut dan ketakutan dikala menonton film horor di bioskop?

Ikut menangis, “gregetan” bahkan ikut marah-marah ketika menonton sinetron di TV?

Menyetir mobil dan tidak dapat mengingat sebagian detil perjalanan Anda? Tiba-tiba sudah sampai di tempat tujuan kita?

Dan banyak contoh lainnya. Sebenarnya pada kondisi seperti itu anda dalam keadaan terhipnosis. Tepatnya Natural Hypnosis / Hipnosis Alami.

Apa itu Hipnotis, Hipnosis dan Hipnoterapi ?

Hipnosis ( Hypnosis ) adalah:

· Suatu proses secara psikologis yang menciptakan hasil fisiologis

· Proses yang diterima oleh pikiran yang tidak menganalisa

· Keadaan natural yang dialami setiap manusia

· Sebuah alat untuk memperoleh perubahan

· Saat gelombang pikiran kita di Alfa / Theta

Hipnotis ( Hypnotist ) adalah orang yang melakukan / menerapkan hypnosis.

Hipnoterapi (Hypnotherapy) adalah proses terapi dengan menggunakan prinsip-prinsip Hipnosis.

Prinsip Dasar Hipnosis

Ingat fenomena gunung es ? Pikiran kita pun seperti itu. Pikiran sadar adalah yang tampak di permukaan jumlahnya 12 %. Sisanya ( 88 % ) adalah pikiran bawah sadar. Alam pikiran yang sangat luas, yang menyimpan memori, kebiasaan yang terekam sejak awal kehidupan kita yang ternyata masih berdampak hingga saat ini. Tempat memori / kenangan yang kita duga sudah hilang, ternyata masih tersimpan dan bisa kita akses dengan prinsip hipnosis.

Jadi hipnosis adalah proses bagaimana membuat shortcut sehingga perbatasan pikiran sadar dan tidak sadar menjadi terbuka dan dapat diakses untuk kepentingan pengobatan.

Hipnosis—Hipnoterapi bukanlah …

Bukanlah berpikiran lemah…..

Justru orang dengan retardasi mental, stress berat, depressi berat dan sakau, tidak bisa dihipnosis. Sebaliknya orang yang intelektualnya baik, fokusnya baik, dan bisa memahami instruksi dengan baik akan mudah dihipnosis.

Bukanlah hilangnya kendali diri sendiri…..

Anda masih bisa bergerak, namun sangat malas.

Bukanlah berpikiran kosong…..

Anda masih bisa mendengar suara-suara disekitarnya.

Bukanlah kejahatan seperti yang diberitakan media massa (Gendam)

Proses hipnoterapi akan banyak membantu me-nyelesaikan masalah yang akarnya dari proses alam bawah sadar tersebut. Melalui hipnosis dilakukan proses Re-Programming (Pemrograman Ulang) bukan New Programming (Pemrograman Baru). Pada hakekatnya, tiap manusia, sejak lahir, sudah membawa esensi program hidupnya sendiri. Namun seiring dengan proses kehidupan, lingkungan dan sistem nilai, blue-print program tersebut terlupakan. Proses hipnosis dapat membantu mengingatkan akan “fitrah” kita.

Berhasil tidaknya proses ini sangat tergantung dari KEMAUAN klien. Karena dalam proses hipnosis, seorang hipnotis ( orang yang meng-hipnosis ) hanya bertindak sebagai FASILITATOR, sementara prosesnya adalah dari, oleh dan untuk klien itu sendiri. Sugesti yang diberikan-pun adalah sesuai kesepakatan dan persetujuan klien, sebelum proses hipnosis berlangsung.

Tanpa keinginan dan niat klien, mustahil proses HIPNOSIS bisa berlangsung.

SETETES AIR BAGI DUNIA

Dunia sudah berubah, tak seperti dulu lagi, 20 atau 30 tahun yang lalu. Tak seperti saat masa kecil kita atau tak seperti cerita orang tua kita dikala mereka kecil. Udara semakin panas dan pengap, polusi melonjak sampai batas tinggi, beragam penyakit yang aneh-aneh timbul bagai jamur di musim hujan. Berita banjir dan tanah longsor tak luput dari pendengaran kita, disisi lain bencana kekeringan dan gagal panen juga menjadi keprihatinan kita. Iklim dan cuaca tak bisa diprediksi lagi. Sebentar hujan lebat, sebentar lagi panas menyengat kulit. Musim hujan datang lebih awal, musim kemarau memanjang.

Manusia semakin mudah panas, mudah emosi dan brutal, mengikuti panasnya udara. Mudah putus asa, seperti tiada harapan dan pegangan. Suasana indah dunia ini, gemah ripah loh jinawi tinggal kenangan. Sejuknya udara pagi hari, hijaunya hutan nun jauh di lereng gunung, jernihnya sungai mengalir hanya tinggal angan-angan belaka.

Pemanasan Global ( Global Warming ) dijadikan biang keladi dari semua itu, yang menjadikan keseimbangan alam terganggu. Semua orang lantas berbicara dan membicarakannya. Sebagian sudah sadar dan mengupayakan langkah kongkrit dalam mengatasinya. Sebagian lagi masih enggan berbuat dan merasa tiada daya untuk memberi sumbangsih. Dimana peran kita ¿

Kita bisa berperan. Mari mulai menghemat penggunaan kertas di lingkungan kerja kita, karena pembuatan kertas akan menghabiskan pohon-pohon di hutan. Mari mulai menghemat listrik, agar penggunaan bahan bakar untuk menghasilkan listrik juga bisa dihemat. Mari mulai memilah-milah sampah di rumah , agar limbah yang masih bisa diolah kembali, dapat dimanfaatkan lagi. Mari membangun suasana kerja yang solid, memupuk kesabaran, toleransi dan solidaritas, sehingga tercipta lingkungan kerja yang nyaman. Menghindari persaingan yang tidak sehat dan suasana hati yang mudah emosi, agar dunia ini tidak semakin terasa panas.

Tulah sudah datang, tetapi bagaimana mengolah tulah tersebut menjadi berkat, tinggallah soal pilihan. Pilihan untuk sadar, peduli dan mau sedikit berbuat, daripada hanya apatis. Apa yang kita perbuat memang hanya SETETES AIR BAGI DUNIA yang sudah panas ini. Tetapi air tetaplah air, walaupun setetes, yakinlah dapat memberi kesejukan dan kehidupan bagi para musafir di padang gurun kering.

Mari kita jadikan lingkungan kerja kita ini OASE bagi saudara-saudara kita yang perlu pemulihan dan kehidupan.

Mei 2008

19 Agustus, 2008

Sebuah Tulisan dikala... saya masih muda.....Smg masih relevan

MEMANDANG KEDOKTERAN ALTERNATIF

SEBAGAI PELUANG

(SEBUAH VISI DAN INTUISI )

oleh : A.J AGUNG KURNIAWAN SAPUTRA

Sosok seorang dokter identik dengan penyembuh, pembawa kebahagiaan, sosok yang dianggap tahu segala-galanya, dan banyak orang yang menaruh harapan kepadanya. Dunia kedokteran telah berkembang berpuluh-puluh abad lamanya. Sejak dipopulerkan oleh Hipocrates, yang dianggap sebagai bapak ilmu kedokteran modern, usia ilmu kedokteran telah hampir 20 abad. Selama itu, telah banyak peranan para praktisi ilmu kedokteran bagi kelangsungan umat manusia Namun jauh sebelum itu ahli-ahli pengobatan dan penyembuhan di Cina, India, Mesir, Arab dan di belahan dunia lain, juga telah berperan sama seperti dokter-dokter di jaman sekarang, dengan beragam cara dan kebiasaan.

Dalam tulisan ini akan banyak ditemui istilah Ilmu Kedokteran Barat (IKB) dan Ilmu Kedokteran Timur/Alternatif (IKTA). Ilmu Kedokteran Barat (IKB), merujuk pada ilmu kedokteran yang awal mula dikenalkan oleh dokter-dokter di Eropa dan Amerika, dengan segala pengaruhnya, dan dalam perkembangan selanjutnya. Dimana ilmu kedokteran barat ini sekarang menjadi standar bagi seluruh sekolah kedokteran di dunia. Sedangkan Ilmu Kedoktern Timur/Alternatif (IKTA), merujuk pada ilmu kedokteran yang awal mula dikenalkan di luar Eropa dan Amerika, misalnya di Cina, India, Mesir, Arab, Indonesia dll, dengan segala metode dan perkembangannya.

Penulis sengaja membuat istilah ini bukan untuk secara ekstrim mengkutubkan dua hal diatas, mempertentangkan keduanya, maupun melebihkan satu diatas yang lain. Namun semata-mata untuk memperjelas bahasan dan menghindari kerancuan persepsi akibat kekaburan istilah yang dimaksud.

ILMU KEDOKTERAN MODERN

Abad 20 boleh dikata sebagai abad kekemasan dalam perkembangan IKB. Perjuangan gigih para dokter pada abad ini dengan komitmen mereka yang kuat, menghasilkan karya-karya agung di bidang kesehatan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia di muka bumi ini. Dengan didukung perkembangan yang pesat di bidang IPTEK, IKB mampu membuat hal yang dulu mustahil menjadi kenyataan, penyakit- penyakit yang dulu dianggap tak bisa disembuhkan atau di luar logika, sekarang dengan mudah dapat diterangkan dan disembuhkan.

Namun sejalan dengan itu, perkembangan penyakit pun tidak berhenti di sini. Berbagai dampak negatif dari perkembangan IPTEK, secara tidak sadar turut memicu munculnya penyakit-penyakit baru. Polusi, penggundulan hutan, dan penipisan ozon, memperparah penurunan daya tahan manusia terhadap alam. Perubahan pola hidup yang menjauhi syarat-syarat kesehatan masih merupakan tantangan yang harus dipecahkan bersama. Kalau dahulu penyakit-penyakit infektif mendominasi kehidupan manusia, yang dengan berbagai kemajuan dapat di eliminasi. Sekarang tampaknya kecenderungannya berubah. Penyakit-penyakit degeneratif dan penurunan daya tahan tubuh mengalami peningkatan yang signifikan. Sekali lagi (disadari atau tidak ), hal ini didukung oleh pola hidup yang tidak baik, serba instan dan tidak memperdulikan lingkungan sekitar.

Sejalan dengan kecenderungan di atas, ilmu kedokteran dengan segala perangkat pendukungnya harus menyesuaikan diri. Kalau dulu pola kuratif menjadi titik pandang utama, sekarang tampaknya upaya promotif dan preventif-pun harus di perhatikan. Karena untuk menangani penyakit-penyakit degeneratif adalah lebih tepat dengan pencegahan, dalam hal ini preventif. Namun bukan berarti pola kuratif berhenti berkembang. Pola kuratif saat ini juga masih sangat dibutuhkan untuk menangani berbagai penyakit infeksi yang timbul lagi.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan Paradigma Sehat untuk mendukung program Menuju Indonesia Sehat 2010. Dengan demikian Program Kesehatan Paripurna yang meliputi upaya Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif, menjadi pilihan mutlak. Dengan demikian tampaknya upaya promotif dan preventif harus lebih diperhatikan dan dikembangkan secara lebih serius, baik oleh para birokrat di bidang kesehatan, maupun para praktisinya.

@@@@@@@@@@@@@@

Seorang pasien datang ke dokter dengan keluhan utama nyeri seluruh tubuh dan perut membuncit, pada malam-malam tertentu dia bertingkah laku aneh dan muntah-muntah. Dengan segala keterbatasannya, dokter puskesmas di pedalaman Kalimantan Tengah yang baru 1 bulan bertugas ini, merujuknya ke ibukota propinsi. Namun kira-kira 2 bulan kemudian pasien datang kembali dengan keadaan yang jauh lebih buruk. Perutnya tampak semakin besar, sementara badan semakin kurus. Pasien mengaku telah diperiksa oleh Iternist dengan berbagai alat dan uji laboratorium namun dinyatakan normal (tidak ada tanda apa-apa yang cukup signifikan menunjuk pada suatu kelainan). Pasien telah diberi berbagai obat namun sampai saat ini tak ada hasil. Pasien pernah dirujuk ke Psikiater dan dinyatakan ada kelainan jiwa yang tak bisa didefinisikan. Melihat hal ini, dokter puskesmas muda ini bingung. Atas desakan keluarga pasien, sang dokter mengijinkan pasien untuk dibawa ke seorang tabib/dukun di desa sebelah. Sampai di tempat tabib itu, pasien hanya disuruh menceritakan kejadiannya. Singkat cerita, pasien kembali 1 hari kemudian dengan membawa persyaratan yang diminta tabib. Dengan cara-cara yang mungkin tak dipahami dengan logika, pasien ditangani oleh sang tabib. Setengah jam kemudian pasien sudah keluar dari kamar tabib dengan perut yang kembali normal dan wajah yang terlihat lebih cerah dan segar. Sang tabib keluar dengan membawa bungkusan putih berisi berbagai bentuk jarum, pisau kecil dan barang-barang lain yang mengerikan, yang katanya isi perut pasien tersebut. 2 hari kemudian pasien kembali bekerja seperti biasanya, tanpa mengingat penderitaannya selama 2 bulan ini yang menghabiskan banyak biaya.

@@@@@@@@@@@@

Fenomena seperti diatas sering kita dengar akhir-akhir ini. Fenomena yang tampaknya tidak masuk akal, diluar logika dan tidak pernah dipelajari di mata kuliah kedokteran. Kalau misalnya kita menjadi dokter puskesmas itu, apa yang bisa kita lakukan ? Ketika kita mengetahui bahwa penyakit itu tergolong NON MEDIS, apakah kita berdiam diri saja? Apakah dengan demikian kewajiban kita untuk membantu pasien tersebut hilang?

FENOMENA BARU

Akhir-akhir ini muncul berbagai macam pengobatan alternatif yang menggunakan IKTA. Sering kita baca di surat kabar, berbagai macam janis aliran IKTA yang menawarkan program penyembuhan dan pengobatan. Mulai dari Akupungtur, Yoga, Reiki, Tetada Kalimasada, jamu-jamuan, sampai dengan metode-metode gaib yang sulit di nalar. Melihat fenomena seperti ini, ada berbagai macam pendapat para praktisi di bidang kesehatan. Ada yang berpendapat bahwa larinya pasien ke IKTA adalah sebagai akibat bertambah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan pasien, baik unruk proses penegakan diagnosa, terapi, maupun rehabilitasi, sementara keadaan ekonomi cenderung menurun. Ada yang berpendapat, bahwa masyarakat (pasien) sudah bosan dengan pola IKB yang terlalu berkutat pada masalah fisik belaka sesuai spesialisasi dokter dan kurang memanusiakan pasien, padahal kebanyakan pasien sangat terbantu dengan pola penanganan yang holistik (bio-psiko-sos-dan religi). Sebaliknya ada yang berpendapat bahwa maraknya praktek IKTA adalah ancaman terhadap institusi kesehatan (baca : IKB), sehingga keberadaannya harus diatur ketat bahkan kalau perlu di hilangkan. Ada pula yang berpendapat bahwa IKTA ini dapat menyesatkan pasien, karena tidak ada standarisasiyang bisa dipertanggung jawabkan.

Meningkatnya gairah pasien untuk memilih IKTA memang tidak bisa kita salahkan. Sebab adalah menjadi hak pasien untuk memilih pengobatan yang disukai dan bisa dijangkau kantong. Untuk itu marilah kita telaah satu per satu, kenapa masyarakat banyak yang beralih ke IKTA. Pertama, biaya yang harus dikeluarkan pasien adalah sangat tinggi, terutama dengan kondisi bangsa Indonesia yang sedang terpuruk, membuat harga obat-obatan dan biaya operasional alat-alat kedokteran melonjak tajam. Sementara di sisi lain daya jangkau masyarakat sedang menurun, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Kedua, munculnya fenomena penyakit-penyakit yang di luar akal (baca : penyakit gaib) yang sampai saat ini belum bisa dijawab oleh IKB. Sementara anehnya, penyakit-penyakit itu bisa sukses disembuhkan dengan IKTA. Ketiga, meningkatnya jumlah pasien yang merasa “sakit hati” dengan pola penanganan IKB yang kurang memandang pasien sebagai seorang manusia yang membutuhkan kesembuhan menyeluruh. Pasien sering hanya dianggap sebagai objek harus ditangani sesuai dengan spesialisasi yang ditekuninya. Meskipun tidak semua praktisi kesehatan berlaku seperti demikian.

Di lain pihak, IKTA menawarkan suatu bentuk pengobatan yang mandiri. Pasien diajar untuk membangkitkan sendiri daya penyembuhan dari dalam tubuhnya (self healing). Dalam hal ini, kepada pasien ditanamkan suatu keyakinan bahwa apa yang dideritanya sebenarnya dapat disembuhkan sendiri. IKTA, dalam metodenya juga lebih menyentuh secara rohani, yaitu keharmonisan dengan alam dan TUHAN. Dengan terbentuknya keharmonisan itu akan membawa ketenangan dalam diri pasien yang pada akhirnya mempercepat kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Keuntungan inilah yang sekarang mungkin tidak bisa didapatkan dari IKB. Suatu proses pelampiasan dari stress yang dialami oleh pasien akibat kompetisi hidup yang ketat, yang membawa sakit jasmani. Melalui program IKTA pasien diberi kesempatan untuk berdialog dengan diri sendiri.

*********************

“Saatnya akan tiba ketika ilmu pengetahuan mencapai kemajuan besar, bukan karena peralatan yang lebih baik untuk menemukan dan mengukur sesuatu, namun karena sejumlah kecil orang dapat menguasai tenaga spiritual yang besar, yang sekarang jarang digunakan. Dalam beberapa abad, seni penyembuhan spiritual akan semakin berkembang dan digunakan secara universal”.

Man, Mind,and Universe, by GUSTAF STROMBERG

**********************

SINERGISITAS ANTARA IKB dan IKTA

Setelah mengamati keberadan IKTA yang semakin populer, maka sangatlah tepat kiranya dikembangkan suatu metode pengobatan baru yang merupakan kerjasama sinergis dengan IKB. Diharapkan antara keduanya dapat saling melengkapi dan memadukan metode-metode yang berguna bagi dunia kedokteran. IKTA dapat membimbing pasien untuk secara aktif membantu kesembuhan dirinya sendiri melalui metode SELF HEALING dan dikombinasikan dengan pengobatan modern ala IKB. Hal ini sangat berguna untuk mempercepat kesembuhan dan membangkitkan motivasi diri. Sebaliknya, IKB dapat membantu IKTA agar dikembangkan lebih sistematis, ilmiah, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga pola pengobatan dengan IKTA yang selama ini menimbulkan apriori tidak hanya dikalangan praktisi kesehatan, tetapi juga masyarakat umum, dapat dihilangkan. Kesan IKTA yang berbau gaib, supranatural, sulit di nalar dapat dihilangkan dengan serangkaian penelitian dan pengkajian yang mendalam.

Sebagai contoh, sejak satu dekade yang lalu beberapa sentra kesehatan di Amerika Serikat secara intensif mengadakan penelitian terhadap beberapa metode IKTA dari Cina dan India. Mereka secara profesional meneliti keefektifan Ilmu Akupungtur dan Seni Meditasi Yoga terhadap kesehatan manusia. Bahkan mereka tidak tanggung-tanggung melibatkan para suhu, resi dan ahli pengobatan alternatif di negara itu. Dan hasilnya sejak beberapa tahun yang lalu Ilmu akupungtur yang telah terbukti manfaatnya mulai ditekuni dan dipelajari aleh para praktisi kesehatan. Bidang pengobatan herbal (menggunakan tumbuh-tumbuhan alami) pun menunjukan perkembangan yang meningkat. Sejalan dengan tuntutan banyak negara untuk mengembang-kan pola Back to Nature, pola pengobatan seperti ini tampaknya perlu di kembangkan lebih lanjut.

Di Cina, pola pengobatan kepada pasien dengan menggunakan perpaduan antara IKB dan IKTA sudah menjadi hal yang biasa. Di sana pasien secara profesional didiagnose dan diterapi dengan alat-alat kedokteran yang canggih, sehingga benar-benar akurat. Setelah itu pasien diberi pilihan untuk menggunakan obat produk IKB atau secara tradisional (ramuan alami). Di sini dokter benar-benar menjelaskan keuntungan dan efek samping dari masing-masing obat secara transparan. Di Cina, obat-obatan alami, sudah diteliti dan distandarisasi oleh badan tertentu layaknya obat produk barat, sehingga mutunya terjamin. Setelah pasien memilih salah satu jenis obat (atau memilih kombinasi keduanya), pasien disarankan juga mengikuti program terapi tambahan. Maka setiap hari selama dalam masa penyembuhan, dibawah bimbingan seorang suhu/sinshe ataupun sang dokter sendiri yang telah dididik khusus, secara individu maupun berkelompok, pasien menjalani macam-macam terapi menggunakan IKTA. Misalnya akupungtur, pernafasan TAO, Reiki,Yoga dll, tergantung dari kebutuhan. Hal ini disadari sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh.

KITA HIDUP DI INDONESIA

Indonesia banyak sekali menyimpan berbagai metoda pengobatan altenatif warisan nenek moyang. Banyak sekali kebudayaan dari etnis-etnis di seluruh Nusantara yang begiti akrab dengan IKTA. Baik itu yang merupakan asimilasi dari pendatang maupung asli dari negeri sendiri. Budaya minum jamu dan ramuan alami lainnya untuk tujuan kesehatan dan kecantikan, sangat populer di beberapa wilayah negeri (mis. di Jawa, Madura dan Bali). Berbagai ritual penyembuhan dengan menggunakan kekuatan supranatural, juga tak asing bagi masyarakat di pedalaman Kalimantan, Sulawesi dll. Namun seiring sengan perkembangan jaman, semakin sedikit orang yang mau menekuni dan memandang hal ini perlu untuk dilestarikan. Hal-hal tersebut dianggap ketinggalan jaman dan tidak masuk akal.

Pendapat tersebut tentu tidak bisa disalahkan. Karena IKTA di Indonesia masih sangat jauh dari kesan ilmiah dan kurang dikembangkan secara serius. Masih sangat sedikit orang, dalam hal ini para praktisi kesehatan, yang benar-benar mau secara tekun meneliti dan mengelolanya secara lebih profesional. Selama ini kita terkesan begitu apriori terhadap peranan IKTA di Indonesia serta relevansinya di bidang kedokteran. Mereka yang mengaku "modern" (termasuk para praktisi kesehatan sendiri), secara serampangan dan terburu-buru menganggap semua bentuk IKTA tak berguna dan malah justru menyesatkan, sehingga harus dihindari. Namun ironisnya sedikit sekali usaha untuk membuktikannya secara kongkrit dan ilmiah melalui berbagai penelitian dan seminar-seminar. Paling tidak untuk membuktikan apakah itu benar-benar menyesatkan atau malah berguna bagi kesehatan sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut. Memang ada beberapa yang terbukti tidak berguna, malah sangat membahayakan kesehatan sehingga harus dihindari, tapi ada juga yang telah terbukti berhasil dan membantu meningkatkan kesehatan sehingga perlu di kembangkan lebih lanjut. Namun yang lebih penting, banyak diantaranya yang masih samar-samar, menunggu partisipasi dari para pakar di bidang kesehatan untuk meneliti, menguji coba secara profesional dan selanjutnya disosialisasikan kepada masyarakat luas.

Sungguh hal yang mengembirakan bahwa akhir-akhir ini, perhatian terhadap IKTA di Indonesia cukup meningkat. Para produsen jamu (baik untuk kesehatan maupun kecantikan) mulai memperbaiki kualitas produknya. Mereka terus mencari inovasi-inovasi baru melalui resep-resep kuno warisan nenek moyang yang selanjutnya disempurnakan, diproses dan dikemas dengan lebih modern dan menarik. Disini diperlukan peranan Departemen Kesehatan, dalam hal ini Dirjen POM (Pengawasan Obat dan Makanan) dan juga lembaga-lembaga swadaya lainnya untuk secara bersama-sama dan kontinyu, melakukan penelitian, pengembangan, dan pengayoman disertai usaha pengawasan mutu produk (lisensi) dan standarisasi. Sehingga masyarakat mersa aman dalam menggunakannya.

Sementara itu cabang IKTA lainnya, misalnya Ilmu Akupungtur, Ilmu Pernafasan Tao, Reiki, Senam Yoga, Pijat Refleksi dan ilmu-ilmu kanuragan asli Indonesia yang bertujuan untuk kesehatan dan membina daya tahan tubuh melalui Self Healing, harus pula mendapat perhatian lebih serius. Hal ini sejalan dengan program "Paradigma Sehat, Menuju Indonesia Sehat 2010" dari Dep Kes, yang akan lebih meningkatkan pola Promotif dan Preventif sebagai acuan dasar pembinaan kesehatan masyarakat. Depkes dan lembaga-lembaga terkait perlu melakukan penelitian yang lebih akurat, membentuk pusat-pusat pengkajian dan pendidikan bagi yang berminat menekuninya. Setelah itu pelu juga hal ini disosialisasikan dan diumumkan secara luas melalui media massa dan seminar-seminar agar masyarakat mengetahuinya. Hal ini penting, sebab semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap pengobatan alternatif akhir-akhir ini, mendorong timbulnya cabang IKTA lain, yang kurang terbukti manfaatnya dan hanya bertujuan mencari keuntungan saja. Inilah kemudian yang menyebabkan timbulnya opini publik yang buruk terhadap IKTA. Sehingga cabang IKTA lain, yang telah terbukti berguna akan ikut tercoreng, ibarat karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Sekali lagi peranan para praktisi kesehatan dan pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi hal ini.

*********************

Adalah hak istimewa seorang DOKTER untuk :

-------Jarang menyembuhkan,

-------------Sering meringankan,

--------------------Selalu menghibur.

SIR OLIVER WENDELL HOLMES

*********************

PENUTUP

Sudah saatnya pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan memfasilitasi perkembangan IKTA yang akhir-akhir ini marak di Indonesia. Kebaikan maupun keburukannya harus dibuktikan secara ilmiah dan profesional, kemudian dikomunikasikan secara transparan kepada masyarakat luas. Agar masyarakat mampu memilih metode pengobatan yang tepat sesuai kemampuannya.

Sudah saatnya pula para praktisi di bidang kesehatan di Indonesia membuka diri terhadap perkembangan IKTA. Keterlibatan mereka dalam penelitian, pengkajian secara terus menerus sangat membantu perkembangan IKTA. Dan tidak menutup kemungkinan untuk digunakan dalam klinik secara luas, bila benar-benar terbukti manfatnya bagi kesehatan.

Negara-negara Eropa dan Amerika sudah sejak awal 90-an membuka diri dan meneliti IKTA secara intensif. Cina dan Jepang sudah lama memadukan pengobatan tradisionalnya dengan pengobatan moden. Indonesia yang kaya dengan berbagai jenis IKTA sebagai bagian dari kebudayaan, masih baru mencoba mengembangkannya di tengah berbagai kontroversi terhadap relevansinya di bidang kedokteran. Akankah potensi ini akan, lagi-lagi, dimanfaatkan bangsa asing bagi kepentingannya sendiri ? Sementara kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk mengembangkannya sendiri, dan memanfaatkan untuk mening-katkan kesehatan masyarakat. Jangan sampai sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna melanda dunia kesehatan Indonesia.

Akhirnya, kerjasama dan sinergisitas untuk saling melengkapi dan mengembangkan antara Ilmu Kedokteran Barat (IKB) dan Imu Kedokteran Timur /Alternatif (IKTA) merupakan hal yang tidak bisa ditunda lagi. Masyarakat dunia sudah sangat lama menunggu terobosan baru Ilmu Kedokteran untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan yang semakin meluas. PRIMUM NON NOCERE.

"PERGI DAN SEMBUHKANLAH YANG SAKIT"

JESUS CHRIST in MATT 10:8

SURABAYA, 25 FEBRUARI 2001

DIPUBLIKASIKAN : 21 September 2002

UNTUK KMK ALGONZ TERCINTA

18 Agustus, 2008

Carilah ....


Carilah ke Kedalaman Diri
untuk menemukan kekayaan harta karun dan bakat
yang sudah menjadi milik Anda
Kemudian dengarkan
itu adalah suara kegembiraan yang dinyanyikan oleh hati Anda